Home » Blog » Fotokopian KTP Jadi Bungkus Gorengan? Waspada Kebocoran Data!

Fotokopian KTP Jadi Bungkus Gorengan? Waspada Kebocoran Data!

Webinar Widya Analytic Bertema Kebocoran Data

Perkembangan teknologi selain memberi banyak manfaat untuk kehidupan manusia juga bisa merugikan. Seperti kasus kebocoran data pribadi yang bisa disebabkan dari hal sepele seperti fotokopian KTP yang jadi pembungkus gorengan. 

Di era yang sudah serba digital ini, teknologi terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan teknologi yang sangat pesat tentunya membawa banyak manfaat untuk kehidupan, seperti pertukaran informasi yang menjadi lebih cepat, pekerjaan yang bisa dilakukan secara online, kemudahan dalam bertransaksi, dan masih banyak contoh lainnya.

Namun tak dapat dipungkiri, dari banyaknya manfaat tersebut, perkembangan teknologi juga membawa dampak negatif jika tidak digunakan sebagaimana mestinya. Salah satu contoh penggunaan teknologi informasi yang membawa kerugian adalah maraknya kejahatan siber yang dilakukan oleh oknum dengan memanfaatkan data-data, baik milik individu maupun kelompok.

VP of Technology Widya Security Dedy Hariyadi menjelaskan pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini terbukti pada data yang terlihat di “Penetrasi Pengguna Internet 2019-2020 (Q2)” mencapai 73.7% dari sebelumnya hanya ada di angka 64.8% pada tahun 2018.

Dia menjelaskan, berdasarkan riset dan survey yang dilakukan Widya Security pada tahun 2021, terdapat 23.72% akses tidak aman yang berhasil diblokir. Hal itu menandakan, katanya, setiap orang yang terhubung ke internet mempunyai potensi terkena serangan siber. Salah satu dampak dari potensi serangan siber, katanya, keamanan yang berhubungan dengan data pribadi.

“Sebagai subjek data yang memiliki data pribadi atau biasa disebut dengan pemilik data pribadi, ada baiknya kita memahami klasifikasi data pribadi terdiri dari data pribadi umum dan data pribadi spesifik. Hal inilah yang harus diwaspadai agar keamanan data pribadi tetap terjaga dengan baik sehingga data tidak tersebar dan merugikan kita,” katanya dalam Tech Talks tentang data bertajuk “Keamanan Data dalam Rangka Memaksimalkan Transformasi Digital,” Rabu (27/3/2022).

Dedy menceritakan sebuah kasus yang menimpa Ilham Bintang pada tahun 2020 lalu. Kasus pembobolan dana yang dilakukan oleh oknum pemeriksaan data keuangan tersebut bermula dari sebuah data NIK yang ada di dalam KTP. Dari tindakan pelaku, korban mengalami kerugian yang cukup besar mencapai Rp1 Miliar.

“Selain pembobolan dana yang terjadi di Jakarta, perihal tersebarnya data KTP tersebut juga menimbulkan kasus lain seperti pencurian sepeda motor di salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa,” katanya.

Dedy memaparkan linimasi kebocoran data biasanya bersumber dari beberapa tempat seperti e-commerce, KPU, BPJS, dan lain-lain. Bahkan, katanya, tak jarang juga ditemukan fotokopi KTP dan kartu keluarga yang menjadi bungkus makanan atau gorengan.

“Kebocoran data seperti itu bisa diantisipasi dari hal-hal kecil. Salah satunya ketika menerima paket yang dibeli melalui situs belanja online, alamat rumah yang terdapat pada bungkus paket bisa digunting, dibakar, dan dibuang ke beberapa tempat yang berbeda agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” katanya.

Tindakan Preventif

Selain cara tersebut, Dedy memberikan rekomendasi sebagai tindakan preventif terkait dengan kebocoran data, khususnya pada transformasi digital. Cara yang bisa dilakukan dengan mengawal 6 fase siklus pengembangan perangkat lunak yang aman. Meliputi requirement, design, development, testing, deployment, dan maintenance.

“Pengawalan data dari awal hingga akhir bertujuan agar tidak ada kebocoran atau kehilangan data saat melakukan pengembangan perangkat lunak. Perlu adanya penetration testing agar data pelanggan dapat lebih terjaga dengan baik, menumbuhkan kepercayaan konsumen, dan memproteksi dari kerusakan finansial,” katanya.

Widya Security, lanjut Dedy, menghadirkan beberapa layanan dan produk yang bisa menjadi solusi untuk keamanan data di antaranya vulnerability assessment penetration testing, cyber security certifications, cyber security training, dan cyber security consulting.

“Visi Widya Security adalah keamanan datamu adalah tugas kita semua, baik pihak Widya Security maupun pihak client. Visi tersebut tentu saja didukung oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman sehingga client tidak perlu lagi khawatir karena data sudah pasti terlindungi dengan aman,” katanya.

Jatmiko, salah seorang peserta dari Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri mempertanyakan potensi pecurian data pada DPS (Daftar Pemilih Sementara) dan DPT (Daftar Pemilih Tetap). Pertanyaan lainnya datang dari peserta tim TIK Bank Neo Commerce tentang hirarki jenjang karir di bidang teknologi sehingga bisa menjadi gambaran mengambil paket pelatihan keamanan data dan informasi.

Tak kalah menarik, pertanyaan salah seorang peserta dari Kominfo tentang sejauh mana tingkat keamanan WhatsApp dapat dipercaya terkait sisi keamanannya, juga dijawab dengan baik oleh Dedy selaku pembicara. “Tidak ada kejahatan yang sempurna karena setiap kejahatan pasti akan meninggalkan jejak. Kejahatan selalu mengancam, jadi waspadalah. Ingatlah, saat merasa aman, itu berarti tandanya kita sedang tidak aman,” kata Dedy. 

Sumber: harianjogja.com

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments