Home » Blog » Antusiasme Peserta pada Tech Talks Keamanan Data yang Digelar Widya Analytic

Antusiasme Peserta pada Tech Talks Keamanan Data yang Digelar Widya Analytic

Potensi Serangan Siber
Potensi Serangan Siber
Potensi Serangan Siber menurut Survey Widya Security (Foto: Dokumentasi Acara)

 

Di era yang sudah serba digital ini, teknologi terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan teknologi yang sangat pesat tentunya membawa banyak manfaat untuk kehidupan, seperti pertukaran informasi yang menjadi lebih cepat, pekerjaan yang bisa dilakukan secara online, kemudahan dalam bertransaksi, dan masih banyak contoh lainnya. Namun tak dapat dipungkiri, dari banyaknya manfaat tersebut, perkembangan teknologi juga membawa dampak negatif jika tidak digunakan sebagaimana semestinya. Salah satu contoh penggunaan teknologi informasi yang membawa kerugian adalah maraknya kejahatan siber yang dilakukan oleh oknum dengan memanfaatkan data-data, baik milik individu maupun kelompok. Menyadari pentingnya keamanan data tersebut, Widya Analytic mengadakan Tech Talks tentang data bertajuk “Keamanan Data dalam Rangka Memaksimalkan Transformasi Digital.”

Tech Talks yang diadakan pada Rabu, 20 April tersebut menghadirkan Dedy Hariyadi sebagai pembicara. Di awal sesi, pembicara yang merupakan seorang VP of Technology di Widya Security itu menjelaskan bahwa pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini terbukti pada data yang terlihat di “Penetrasi Pengguna Internet 2019-2020 (Q2)” mencapai 73.7%  dari sebelumnya hanya ada di angka 64.8% pada tahun 2018. Selanjutnya, Dedy memaparkan bahwa menurut riset dan survey yang diadakan oleh Widya Security pada tahun 2021, terdapat 23.72% akses tidak aman yang berhasil diblokir. Itu menandakan setiap orang yang terhubung ke internet mempunyai potensi terkena serangan siber. Salah satu dampak dari potensi serangan siber adalah keamanan yang berhubungan dengan data pribadi.

Menurut Draft UU Perlindungan Pribadi, data pribadi adalah setiap data tentang seseorang, baik yang teridentifikasi dan/atau dapat diidentifikasi secara tersendiri atau dikombinasi dengan informasi lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem elektronik dan/atau nonelektronik. Sebagai subjek data yang memiliki data pribadi atau biasa disebut dengan pemilik data pribadi, ada baiknya kita memahami bahwa klasifikasi data pribadi terdiri dari data pribadi umum dan data pribadi spesifik. Hal inilah yang harus diwaspadai agar keamanan data pribadi tetap terjaga dengan baik sehingga data tidak tersebar dan merugikan kita.

Dedy menceritakan sebuah contoh kasus yang menimpa Ilham Bintang pada tahun 2020 lalu. Kasus pembobolan dana yang dilakukan oleh oknum pemeriksaan data keuangan tersebut bermula dari sebuah data NIK yang ada di dalam KTP. Setelah mengetahui NIK si pemilik data pribadi, pelaku dapat mengetahui saldo, pinjaman, deposito, hingga nomor handphone yang biasa digunakan oleh pemilik data pribadi tersebut. Akhirnya, oknum atau si pelaku bisa membuat KTP palsu dari data lengkap yang didapatkannya. Setelah KTP dibuat, pelaku menghubungi perusahaan telekomunikasi untuk mengajukan pergantian nomor. Nomor tersebut adalah nomor yang didaftarkan pada internet banking. Dari tindakan pelaku tersebut, korban mengalami kerugian yang cukup besar mencapai 1 Miliar. Selain pembobolan dana yang terjadi di Jakarta, perihal tersebarnya data KTP tersebut juga menimbulkan kasus lain seperti pencurian sepeda motor di salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa.

Lebih lanjut, Dedy memaparkan linimasi kebocoran data biasanya bersumber dari beberapa tempat seperti ecommerce, KPU, BPJS, dan lain-lain (Sumber: Dr. Sulistyo-BSSN). Bahkan, tak jarang juga kita temukan fotokopi KTP dan kartu keluarga yang menjadi bungkus makanan atau gorengan. Kebocoran data seperti itu bisa mulai diantisipasi dari hal-hal kecil yang sering kita lakukan, salah satunya ketika menerima paket saat membeli sesuatu melalui situs belanja online. Alamat rumah yang terdapat pada bungkus paket bisa digunting, dibakar, dan dibuang ke beberapa tempat yang berbeda agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Selain cara tersebut, Dedy memberikan rekomendasi sebagai tindakan preventif terkait dengan kebocoran data, khususnya pada transformasi digital. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengawal 6 fase siklus pengembangan perangkat lunak yang aman yaitu requirement, design, development, testing, deployment, dan maintenance. Pengawalan data dari awal hingga akhir bertujuan agar tidak ada kebocoran atau kehilangan data saat melakukan pengembangan perangkat lunak. Perlu adanya penetration testing agar data pelanggan dapat lebih terjaga dengan baik, menumbuhkan kepercayaan konsumen, dan memproteksi dari kerusakan finansial.

Menjawab permasalahan yang terjadi, Widya Security menghadirkan beberapa layanan dan produk yang bisa menjadi solusi untuk keamanan data di antaranya vulnerability assessment penetration testing, cyber security certifications, cyber security training, dan cyber security consulting. “Keamanan datamu adalah tugas kita” adalah visi dari Widya Security yang berarti melindungi data adalah tugas kita semua, baik pihak Widya Security maupun pihak client. Visi tersebut tentu saja didukung oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman sehingga client tidak perlu lagi khawatir karena data sudah pasti terlindungi dengan aman.

Antusiasme peserta yang hadir cukup tinggi terlihat dari pertanyaan yang sudah mulai diajukan peserta bahkan ketika sesi diskusi masih berjalan setengah waktu. Salah satu pertanyaan dilontarkan oleh Jatmiko, salah seorang peserta yang berasal dari Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri mengenai potensi pecurian data pada DPS (Daftar Pemilih Sementara) dan DPT (Daftar Pemilih Tetap). Pertanyaan lainnya datang dari peserta tim TIK Bank Neo Commerce tentang hirarki jenjang karir di bidang teknologi sehingga bisa menjadi gambaran mengambil paket pelatihan keamanan data dan informasi. Tak kalah menarik, pertanyaan salah seorang peserta dari Kominfo tentang sejauh mana tingkat keamanan WhatsApp dapat dipercaya terkait sisi keamanannya, juga dijawab dengan baik oleh Dedy selaku pembicara.

Webinar yang berlangsung sekitar 2 jam dan dihadiri kurang lebih oleh 60 peserta tersebut ditutup dengan sesi foto bersama sebagai dokumentasi acara. “Tidak ada kejahatan yang sempurna karena setiap kejahatan pasti akan meninggalkan jejak. Kejahatan selalu mengancam di sekitar kita, jadi waspada, waspada, dan waspadalah. Ingatlah, saat merasa aman, itu berarti tandanya kita sedang tidak aman,” tutup pembicara yang juga berprofesi sebagai dosen tersebut.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments